Laporan Hasil Praktikum
Mengetahui Perkecambahan dan Faktor yang
Mempengaruhi Perkecambahan pada Kacang Merah
Disusun
oleh:
Arnieda
Parameswari
Fitria
Dinarsih P.W
Lea
Erfi Irvyanti
Muhammad
Fathan A
Namira
Nur Arfa
Robi
Pasti Rahasiana
Yusuf
Ghifari
SMA
NEGERI 2 BOGOR
Jalan
Keranji Ujung 1 Budi Agung, Bogor
Telp (0251) 8318761 Kode Pos 16165
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kacang merah
ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari
Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo
adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari
Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di
Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Warna bijinya
merah bertotol – totol merah tua, sesuai dengan namanya. Buahnya (polong )
berwarna kuning, kalau masih muda berwarna hijau dan kadang – kadang berwarna
merah. Kalau sudah tua berubah menguning, mengering, dan siap panen. Buahnya
yang berbentuk polong memanjang, hanya sedikit lebih panjang bila dibandingkan
dengan bucis. Dalam satu polong ada 2 – 3 biji kacang merah. Bentuk kacang
merah yang masih utuh sama dengan kacang buncis, baik daun, bunga maupun bentuk
polongnya.
Pembudidayaan
tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967
luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970
seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi
168.829 ton. Pada umumnya, kacang merah ditanam pada musim kemarau, karena pada
musim penghujan tanaman akan londot. Hal ini di karenakan terlalu banyak air
yang di serap. Pada musim kemarau pun penyiraman tanaman juga harus
diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.
Kacang merah
memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi
kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang merah
kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B,
folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Folasin adalah zat gizi
esensial yang mampu mengurangi resiko kerusakan pada pembuluh darah.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah proses perkecambahan ada
kacang merah?
2.
Faktor- faktor apa sajakah yang mempengaruhi
perkecambahan kacang merah
3.
Apakah perbedaan cahaya tempat
erkecambahan mempengaruhi proses perkecambahan?
4.
Apakah tipe perkecambahan kacang merah?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui proses perkecambahan
pada kacang merah
2.
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi
perkecambahan pada kacang merah
3.
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan
tempat perkecambahan terhadap proses perkecambahan
4.
Untuk mengetahui tipe perkecambahan
kacang merah
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
Taksonomi
tanaman
Kingdom : Plant
Kingdom
Divisio :
Spermatophyta
Sub divisio :
Angiosspermae
Kelas :
Dicotyledonae
Sub kelas :
Calyciflorae
Ordo :
Rosales (Leguminales)
Famili :
Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili :
Papilionoideae
Genus :
Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
2.1.1
Definisi Perkecambahan
Ahli
fisiologi tumbuhan menetapkan
perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika
radikula (akar lembaga atau pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang
atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974
dalam Salisbury 1992).
Biji
dapat tetap viabel (hidup), tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena
beberapa alasan : kondisi luar atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah
dipahami adalah embrio yang belum mencapai kematangan morfologi untuk mampu
berkecambah (misalnya, pada beberapa anggota Orchidaceae, Orobanchaceae, atau genus Ranuncullus). Hanya waktulah yang memungkinkan kematangan ini
berkembang. Perkecambahan biji tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh
kurangnya kelembapan atau suhu hangat. (Salisbury,1992)
Untuk
membedakan kedua keadaan yang berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan
dua istilah : Kuisen, yaitu kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya
karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu
dingin); dan dormansi, yaitu kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi
dalam, walaupun kondisi luar (suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury,
1992)
Sementara
biji berkembang, maka generasi baru,dalam bentuk janin mulai berkembang di
dalamnya. Permulaan ini hanya terbatas, karena pertumbuhan embrio segera
terhenti. Biji itu kemudian dipisahkan dari tanaman tertua dan mulailah
penyebarannya. Pada akhirnya berlangsung perkecambahan, biasanya setelah biji
itu matang. Perkecambahan adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin,
dan akan dilengkapi dengan keluarnya radikula di luar biji.
Menurut
Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of
active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas
pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji
menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting
dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup
setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati. Kedalaman suatu biji
dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di
permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi
perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin
menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan
mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).
2.1.2
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
a. Faktor Dalam (Faktor Internal)
Faktor
dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
-
Tingkat kemasakan benih
Benih
yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai
viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta
pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).
Pada
umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih
tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada
saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan
daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu
tertinggi (Kamil, 1979).
-
Ukuran benih
Benih
yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak
dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang
terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio
pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman,
dalam Sutopo, 2002).
-
Dormansi
Benih
dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah
walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih
menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal
berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk
berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai
(Lambers 1992, Schmidt 2002).
-
Hormon
Tidak
semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada
beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan.
Fitohormon
yang berfungsi yang merangsang perkecambahan:
Auksin
Mematahkan
dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Memacu proses
terbentuknya akar.
Giberelin
Berperan
dalam mobilisasi bahan makanan selama proses perkecambahan. Pertumbuhan embrio
selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di
dalam endosperma. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah
penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang
selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energy sebagai
pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu
meningkatkan
aktivitas enzim amylase.
Sitokinin
Berinteraksi
dengan giberelin dan auksin untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu,
sitokinin juga mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ.
Fitohormon
yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain:
Etilen
Berperan
menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral. Adanya etilen
dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan.
Asam
Absisat
Bersifat
menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi biji. Selain itu, asam
absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas.
Penghambat
perkecambahan
Menurut
Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran
inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan
nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau
menghambat laju respirasi.
b. Faktor Luar
Faktor
luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:
Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat
benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada
media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu
(Sutopo,2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap
masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan
kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih mempunyai
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu
basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta
busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002).
Menurut
Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air
dan fungsi air antara lain:
1.
Untuk melembabkan atau melunakkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek
agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
2.
Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji melalui dinding sel yang
diimbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi.
3.
Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses
fisiologis dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan.
Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila protoplasma
tidak mengandung air yang cukup.
4.
Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh,
dimana akan terbentuk protoplasma baru.
Suhu
Suhu
merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak
bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana
biji membutuhkan suatu level “hydration minimum” yang bersifat khusus untuk
perkecambahan. Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis
yang berbeda yang akan dialami oleh benih.
Ketiga
titik suhu kritis tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri
atas:
Suhu
minimum
Suhu
terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode
waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan biji tanaman, kisaran suhu minimumnya
antara 0-50C. Jika biji berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka
kemungkinan besar biji akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam
keadaan yang abnormal.
Suhu
optimum
Suhu
dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi
tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Suhu ini merupakan suhu yang
menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan biji. Suhu optimum berkisar
antara 26,5-350C.
Suhu
maksimum
Suhu
tertinggi dimana perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal.
Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30-400C. Suhu di atas maksimum biasanya
mematikan biji karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolism biji
menjadi nonaktif sehingga biji menjadi busuk dan mati.
Suhu
optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih
dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu
antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses
permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberellin.
Oksigen
Faktor
oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan,
proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil
(1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen
dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi
jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya
oksigen yang masuk ke embrio kurang dari 3%.
Cahaya
Pengaruh
cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran harian matahari
(fotoperiodisitas). Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji
dikontrol suatu system pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang
tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka
terhadap cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik)
yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang
mengabsorbsi sinar infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan
cahaya merah, makafitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah,
yang manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat
10
agustus 2013
Dirumah
masing-masing
3.2 Alat dan bahan:
1.
30 buah kacang
merah (setiap gelas 5 kacang merah)
2.
6 buah gelas plastik
3.
Kapas
4.
Air
5.
Penggaris
6.
Alat tulis
7.
Ph meter
3.3 Prosedur
1.
Taruh kapas yang sudah dibasahi pada masing-
masing gelas yang sudah disiapkan .
2.
Beri setiap gelas tersebut masing-masing 5 biji
kacang merah.
3.
Taruh 3 gelas tersebut di tempat yang gelap dan 3
gelas lainnya di tempat yang terang.
4.
Berikan keterangan pada gelas- gelas tersebut.
5.
Amati pertunbuhan tersebut pada masing-masing
gelas pada hari kedua dan ketiga.
6.
Catat perubahan perkembangan biji kacang merah.
7.
Untuk mengukur ph pada kapas gunakan PH meter.
3.4 Hipotesis
(-) Cahaya matahari tidak mempengaruhi
pertumbuhan dan perkecambahan kacang merah.
(+) Cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan
dan perkecambahan pada kacang merah.
3.5 Variabel Penelitian
-
Sebagai Variabel
Bebas (X) : Cahaya,
Ph, air, Suhu.
-
Sebagai
Variabel Terikat (Y) : Tinggi
tanaman, tipe perkecambahan.
- Sebagai Variabel Kontrol :Kualitas biji, Hormon yang mempengaruhi perkecambahan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan perkembangan
perkecambahan pada kacang merah
Hari ke-
|
2
|
3
|
4
|
5
|
I
|
Tdk ada yg tumbuh
|
-
|
-
|
-
|
II
|
3 kulit mengelupas
|
-
|
-
|
-
|
III
|
3 kulit mengelupas
satu tumbuh
|
-
|
-
|
-
|
IV
|
Satu tumbuh 2 cm
sisanya busuk
|
Satu tumbuh 3 cm
sisanya busuk
|
Satu tumbuh menjadi 4
cm sisanya busuk
|
Satu tumbuh menjadi 5
cm sisanya busuk
|
V
|
4 tumbuh 1 cm satu
busuk
|
2 menjadi 2 cm 2
sisanya menjadi 3 cm satu busuk
|
2 menjadi 4 cm 2
sisanya masih 2 cm
|
Satu menjadi 10 cm
sisanya menjadi 4 cm
|
VI
|
4 tumbuh 2 cm satu
berkecambah
|
4 tumbuh menjadi 4 cm
|
4 tumbuh menjadi 5 cm
|
2 tumbuh menjadi 13
cm dua menjadi 6 cm
|
Keterangan :
Kecambah pada
nomor I, II dan III merupakan kecambah yang diletakkan pada tempat yang
mendapatkan sinar terus menerus/ mendapatkan cahaya matahari .
Kecambah pada
nomor IV, V dan VI merupakan kecambah yang diletakkan pada tempat gelap.
Suhu
optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih
dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu
antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses
permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat
dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberellin. Berdasarkan hal tersebut kita dapat
mengetahui bahwa perbedaan suhu pada daerah perkecambahan mempengaruhi
perkecambahan itu sendiri. Pada kecambah I, II dan III perkembangan kecambah
tidak terlalu berkembang karena suhu yang tidak terlalu optimal yaitu lebih
dari 30 celcius yang menyebabkan mesin metabolism biji menjadi nonaktif
sehingga biji menjadi busuk dan mati. Dari 3 contoh tersebut kita dapat
membuktikan bahwa karena suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan tiga tanaman tersebut menjadi busuk dan tidak
berkembang.
Hormon mempengaruhi proses
perkecambahan, contohnya auksin yang berfungsi dalam mematahkan dormansi biji
dan akan merangsang proses perkecambahan biji serta memacu proses terbentuknya
akar. Hormon yang lain adalah hormon giberelin yang berperan dalam mobilisasi
bahan makanan selama proses perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama
perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma.
Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara
enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya
ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energy sebagai pertumbuhannya. Peran
giberelin diketahui mampu meningkatkan aktivitas enzim amylase. Hormon yang
lain adalah hormon sitokinin yang berinteraksi dengan giberelin dan auksin
untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu
pembelahan sel dan pembentukan organ. Peran hormon auksin dipengaruhi oleh
cahaya matahari, intensitas penyinaran cahaya yang berlebih atau cukup banyak
dapat menyebabkan hormon auksin yang berfungsi dalam perkembangan biji menjadi
terhambat. Seperti kecambah dalam gelas I, II dan III yang perkembangannya menjadi
terhambat akibat penyinaran cahaya yang terus menerus. Sementara pada kecambah
IV, V dan VI dapat tumbuh menjadi cukup baik karena hormon auksin maksimal
tersebar pada kecambah dan tidak
terhambat oleh cahaya.
BAB
5
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Kacang merah merupakan tumbuhan yang
proses perkecambahannya di atas tanah (epigeal) karena daun
lembaganya(cotyledon) terangkat ke atas akibat adanya pembetangan ruas batang
yang berada dibawah daun lembaga. Bagian kecambah terdiri atas plumula,
kaulikulus, kotiledon dan radikula. Plumula (puncuk lembaga) adalah bagian dari
lembaga yang merupakan calon-calon daun. Kaulikulus (batang lembaga) merupakan
calon batang yang terdiri dari epikotilatau ruas batang yang berada yang
terdiri dari epikotil atau ruas batang yang berada di atas daun lembaga dan hipokotil
yaitu ruas batang yang terletak di bawah daun lembaga. Kotiledon (daun lembaga)
yaitu daun yang pertama yg muncul pada suatu tumbuhan dan berfungsi sebagai
cadangan makanan padamasa perkecambahan. Radicula (akar lembaga) merupakan
bagian lembagayang terletak dibagian pangkal dan terdapat kaliptra (tudung
akar) yang berfungsi untuk melindungi akar dan membantu untuk menembus tanah. Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut dipengaruhi oleh faktor dari luar maupun dari
dalam. Faktor dari dalam berupa hormon sedang faktor dari luar yaitu gen,
cahaya matahari, suhu udara, kelembaban udara, tanah, nutrisi dan air.
Kacang
merah yang diletakkan di ruang tertutup pertumbuhanya lebih cepat dibandingkan
yang diletakkan di ruang terbuka dan terkena sinar matahari karena di sebabkan
pusat pertumubuhan auksin di ujung koleoptil. Jika terkena matahari,auksin akan
menghambat pertumbuhan, hal inilah yang menyebabkan bagian yang terkena mathari
akan membengkok kearah datangnya arah matahari (fototropisme) dan dapat
diketahui bahwa terjadi perbedaan yang signifikan yaitu batang tumbuhan yang
diletakkan di tempat tertutup mengalami pertumbuhan yang cacat mengalami pucat
dan keruh serta batngnya lemas berwarna kekuningan, sedangkan yang diletakkan
di luar sebaliknya tumbuh lambat aka tetapi batangnya kuat dan waranya hijau.
5.2
Saran
1.
Dalam tahap
perendaman, lihat dahulu biji yang akan ditanam. Jika biji yang akan ditanam ukurannya
kecil (kita ambil contoh biji cabe) perendamannya tidak terlalu lama (sampai
radiks / akar nya mulai kelihatan). Takutnya akan terjadi peristiwa
“plasmolisis”.
2.
Sebaiknya
dalam menanam, kadar air harus diteliti. Jangan terlalu banyak dan terlalu sedikit.
3.
Penanaman di
tempat gelap, media yang diperlukan memang harus benar-benar tetutup dan jangan
sampai ada cahaya sedikitpun.
DAFTAR
PUSTAKA
Aryulina, Diah dkk., 2005. Biologi SMA
untuk Kelas XII. Jakarta: Esis.
Suwarno.2002.Biologi.Jakarta: Pusat pembukuan
departemen pendidikan nasional.
www.insklopedia
biologi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar