Minggu, 08 September 2013

Elegi Rindu



Elegi Rindu 

            Di senja sore ini, renyai hujan membasahi sang bumi. Desah daun karena air hujan terdengar seperti alunan orkestra yang merdu. Ada sebuah syair rindu dari hati yang ingin kusampaikan padamu. Tentang melodi rinduku yang bersemanyam dalam jiwa ini. Nuansa senja ini begitu senyap... lengang.. ibarat hatiku yang amat hampa.
            Entah mengapa pada malam pekat ini aku merindumu.... ditengah gemericik nyanyian hujan yang menjadi riak- riak kecil. Aku sendiri menuliskan lagu rindu untukmu, meski ku takkan menyampaikannya padamu. Rindu yang begitu pekat ini kubungkus dalam sebuah doa untukmu. Dalam diam. Aku hanya dapat mengagumimu dalam diam, ketika aku hanya puas memandangi punggungmu dari belakang. Ya, diam adalah sebuah cara yang aku gunakan untuk menyayangimu. Sejak kamu membuatku merindumu, sejak itulah panah dewa amor telah menghunus hatiku dengan panah asmaranya. Rinduku mengalir dengan derasnya. Amboi, alangkai memesonanya dirimu.
            Malam- malam dalam tidurku menjadi sebait puisi indah ketika kau hadir pada mimpi- mimpiku. Disanalah aku dapat membuat cerita tentang “kita”. Tak ada tutur kata yang saling terucap dari masing- masing kita ketika bertemu. Jantungku kubiarkan berdentum kencang tak karuan, menjadi berdebar- debar. Dadaku beralur-alur. Ada rasa ingin menyunggingkan sebuah senyum manis untukmu, namun aku terlalu pengecut. Aku hanya diam. Salam rinduku terapung apung pada dalamnya lautan kasihmu hingga aku tenggelam didalamnya. 
            Biarlah silir semilir angin yang mengutarakan bias rinduku padamu. Biarlah bintang malam yang menyatukan kita. Akan kubiarkan semesta yang mengandarkan renyah rinduku padamu. Saat ini aku telah bahagia hanya dengan melihatmu tersenyum simpul. Senandung doa terpanjat untukmu yang masih belum membuka hatinya untukku. Semoga suatu saat nanti dikau akan membaca elegi rindu dariku yang belum sempat kusampaikan padamu.
            Hari yang dingin akan selalu menjadi hangat jika aku melihat senyum kecil dari bibirmu. Sifat dingin yang menyimpan banyak kehangatan darimu membuat banyak dara menjatuhkan hatinya padamu. Namun diriku akan setia menjadi sosok diriku, yang mencintaimu dalam diam dan mendoakanmu dalam setiap malam.
            Cinta bukan terletak pada mataku...maka aku tak semestinya selalu memandangmu, meski hanya selayang pandang. Kasih tak terdapat pada banyaknya sentuhan... sehingga tak sepantasnya aku menyentuhmu. Tapi rindu, kasih dan cinta yang tulus datangnya dari hati, sehingga aku akan menjaga keteguhan hati... dan terus mencintaimu. Mencintaimu dalam diam mungkin akan lebih anggun dan elegan.
            Kata orang aku tergila- gila pada cinta, memang benar. Tak dapat kutolak rasa cinta yang melandaku, sehingga sering dibuat gundah gulana diriku karenanya. Asmara membuatku selalu memikirkannya, seakan dunia hanya milik aku dan dia. Denting waktu terus memikirkannya, logika seakan pupus ketika rindu dan kasih menguasai jiwaku. Anganku hanya tertuju padamu. Angin sapu- sapu membuat diriku kedinginan, membuatku berangan- angan kau akan berada disini, mendekapku. Penuh kehangatan. Melepas elegi rindu dan mengawali kisah tentang kita. Ah, sudahlah... biarlah elegi rindu ini akan selalu membuatku mengingatmu.... menantikan ara bergetah (mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terpenuhi).
            
~~Namira Nur Arfa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar