LAPORAN KEGIATAN
PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN KOMPOS KERING
SISWA SMA NEGERI 2 BOGOR
Disusun oleh:
Namira Nur Arfa
SMA NEGERI 2 BOGOR
Jalan Keranji Ujung 1 Budi Agung, Bogor
2013
BAB.1.PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya
merupakan bagian daripada sejarah pertanian.Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai
sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang
lalu Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah
dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di
sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima
endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk
organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau,
kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun
relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung
pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan
produksi pertanian Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif
penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan
telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik.
Seiring perkembangan zaman, dibuatlah pupuk organik yang
digunakan untuk menyuburkan tanaman. Biaya yang murah , ramah lingkungan serta
mudah dibuat adalah beberapa alasan kini Pupuk Organik kian diminati. Selain
itu, sampah organik yang digunakan pun tidak terbuang sia- sia dan memberikan
manfaaat sehingga permasalahan sampah organik/sisa-sisa sampah dapur dapat
dikurangi. Perubahan zaman membawa perubahan kepada produk- produk Go Green
yang ramah lingkungan . Hal ini pun coba
diterapkan di SMA Negeri 2 Bogor yang sedang menggalakan program ramah
lingkungan berupa pembuatan pupuk cair organik , kompos kering dan pestisida
alami .
1.2. Identifikasi
Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan Pupuk Organik Cair dan kompos kering?
2.Apakah
manfaat tanaman Pupuk Organik Cair dan kompos kering di sekolah?
3.Bagaimanakah
cara pengolahan Pupuk Organik Cair dan kompos kering di sekolah ?
4.Apakah
siswa SMA Negeri 2 Bogor mengetahui cara pengolahan Pupuk Organik Cair dan kompos
kering di sekolah serta dapat membuatnya?
1.3. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah cara pengolahan tanaman Pupuk Organik Cair dan kompos kering di
sekolah?
2.
Apakah siswa SMA Negeri 2 Bogor mengetahui cara pengolahan Pupuk Organik Cair
dan kompos kering di sekolah serta dapat membuatnya?
1.4.Maksud dan tujuan
1.
Mengetahui proses pengolahan Pupuk Organik Cair dan kompos
kering di sekolah.
2.
Mengetahui apakah siswa SMA Negeri 2 Bogor mengetahui
cara pengolahan Pupuk Organik Cair dan Kompos Kering.
BAB.2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari
materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. (Sutanto,
2002) Pupuk
organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk
organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa
kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota atau sampah. ( Suriadikarta,
2006)
Pupuk organik adalah nama
kolektif untuk semua jenis bahanorganik asal tanaman dan hewan yang dapat
dirombak menjadi haratersedia bagi tanaman. Dalam Permentan
No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tenpupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa
pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
bahanorganik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan
organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi
tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan
C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya, nilai C-organik itulah
yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik (Skoog 1962).
Bila C-organik rendah dan tidak
masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah
tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan
adalah bahan-bahan sintesis atau alami,organik atau mineral. Sumber bahan
organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak,
limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan
produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi,
aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau
maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah
bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh
pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air
Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak (Skoog 1962).
Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa
tulang tulang,darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan
pertanian merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan
kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah
kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari tanaman,
setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya plastik,
kertas, botol, dan kertas. Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif
untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai
penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian
istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis
(Razdan ,1983).
Pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan
Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dalam
buku ini dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup
yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara
dalam tanah bagi tanaman (Razdan ,1983).
Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung
melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza
arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat, maupun perombakan oleh
fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung melalui
hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan
kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan
nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok
mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh kelompok
organisme perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri
bintil akar dan cendawan mikoriza (Razdan ,1983).
Penambatan N2 secara simbiotis dengan tanaman kehutanan
yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di luar cakupan buku
ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar
cakupan baku ini, karena kelompok ini hanya bersimbiosis dengan berbagai
tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza yang akan dicakup dalam buku ini juga
hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler (Razdan ,1983).
Pemanfaatan
Pupuk Organik Cair
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian
besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami
degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Padahal untuk memperoleh
produktivitas optimal dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik
sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun
kuantitas, mengurangi pencemaran
lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah
degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam, dengan
karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga pengaruh
dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.[8] Selain itu, peranannya cukup besar
terhadap perbaikan sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.[8] Pupuk organik yang ditambahkan ke
dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme
tanah untuk menjadi humus.
Bahan organik juga berperan sebagai sumber
energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan
aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.[8] Penambahan bahan organik di samping
sebagai sumber hara bagi tanaman, juga sebagai sumber energi dan hara bagi
mikroba. Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman sedikit
mengandung bahan berbahaya. Penggunaan pupuk kandang, limbah industri dan
limbah kota sebagai bahan dasar kompos berbahaya karena banyak mengandung logam berat dan asam-asam organik yang dapat
mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi dalam
produk akhir pupuk. Untuk itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang
mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3). Pupuk organik dapat berperan
sebagai pengikat butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan
pupuk. Keadaan ini memengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah,
dan suhu tanah. Bahan organik dengan karbon dan nitrogen
yang banyak, seperti jerami atau sekam lebih besar pengaruhnya pada perbaikan
sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan organik yang terdekomposisi
seperti kompos. Pupuk organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti:
- Penyediaan hara makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan sulfur) dan mikro seperti zink, tembaga, kobalt, barium, mangan, dan besi.
Meskipun jumlahnya relatif sedikit, unsur hara makro
dan mikro tersebut
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,apa lagi bagi pencinta tanaman hias, Banyak para pencinta tanaman hias, bertanya tentang
komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk
tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan.Berikut fungsi unsur-unsur hara
makro :
Nitrogen ( N ) -Merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan -Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri -Berfungsi
untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman -Merangsang pertumbuhan
vegetatif ( warna hijau daun, panjang daun, lebar daun,) dan pertumbuhan
vegetatif batang ( tinggi dan ukuran batang). -Tanaman yang kekurangan unsur N
gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit,
pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Phospat ( P ) -Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman -Merangsang pembungaan dan pembuahan -Merangsang
pertumbuhan akar -Merangsang pembentukan biji -Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel -Tanaman yang kekurangan unsur P
gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
Kalium ( K ) -Berfungsi dalam proses fotosintesa,
pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. -Meningkatkan
daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit -Tanaman yang kekurangan unsur K
gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap
kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul
bercak coklat pada pucuk daun ( Kloepper, J.W. 1993).
- Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
- Membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti aluminium, besi, dan mangan.
Pupuk cair sepertinya lebih mudah
dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan
tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan
perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air
rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Pupuk organik bukan hanya
berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair
sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya
lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan
perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan,
air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair.
Pengertian Kompos kering
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman,
hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan
untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering
digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di
antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola. Beberapa kegunaan kompos
adalah:
- Memperbaiki struktur tanah.
- Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
- Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
- Memperbaiki drainase dan pori - pori dalam tanah.
- Menambah dan mengaktifkan unsur hara.
Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling
tanaman.Kompos yang layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan
menurunnya temperatur kompos (di bawah 400
c).(FNCA, 2006)
Manfaat Kompos kering bagi tanaman
Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan
akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman
menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih
baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan
lebih enak.
Kompos
memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek
Ekonomi :
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
- Mengurangi volume/ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek
Lingkungan :
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek
bagi tanah/tanaman:
- Meningkatkan kesuburan tanah
- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
- Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
- Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di
antaranya merangsang granulasi,
memperbaiki aerasi tanah,
dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan
aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara
tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah
adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara
oleh tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos
bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa
kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal
ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost)
memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya
terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan
menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau
tanah dalam keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Institut
Pertanian Bogor
menyebutkan bahwa kompos
bagase (kompos yang
dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen
secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang
tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara
bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari
batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
BAB.3.METEDOLOGI
KEGIATAN
3.1.Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Kamis,
28 Februari 2013
Waktu : 08.30-10:00
Lokasi :
Depan Laboratorium Biologi SMA Negeri 2 Bogor
3.2.Alat
dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
1.
Tong besar/ bak yang
memiliki tutup untuk bioaktivator
2.
Pengaduk sebagai
pengaduk di dalam campuran pupuk
3.
Alat mesin pencacah/
pisau digunakan untuk mencacah/ memotong sayuran menjadi lebih kecil sehingga
proses pembusukkan lebih cepat
3.3.Bahan
dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah :
1.
Larutan molase (gula
merah) sebanyak 2 L sebagai makanan dekomposer
2.
Air cucian beras
sebanyak 2 L
3.
Air sebanyak 1L
4.
EM4 (Effective
Microorganism 4) sebanyak 10 mL
5.
Sampah dapur/rumah
tangga organik
3.4.Cara Kerja
3.4.1 PUPUK KOMPOS KERING
Tahapan pengomposan
- Pemilahan sampah rumah tangga/ organik
- Pengecilan ukuran sampah menjadi lebih kecil
- Pembalikan sampah di dalam komposter secara rutin
- Penyiraman apabila sampah terlalu kering
- Pematangan sampah
- Penyaringan pupuk kompos kering untuk memperoleh ukuran kompos sesuai dengan yang diinginkan
- Pengemasan pupuk kompos kering di dalam wadah/pastik
3.4.2
PUPUK ORGANIK CAIR
Tahapan Pengolahan
1.Masukkan air cucian beras
2.Tambahkan 1L air
3.Masukkan cairan EM4
4.Masukkan cairan molase (gula jawa)
5.Campur , masukkan ke dalam komposter
6.Aduk rata
BAB.4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL
|
4.2.PEMBAHASAN
Tahapan pengomposan
- Pemilahan Sampah
- Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan. Sebaiknya sampah yang digunakan adalah sampah hasil sisa- sisa rumah tangga seperti sisa-sisa sayur bayam , sayur kangkung ,dll.
Sampah anorganik tidak
dapat digunakan karena sifatnya tidak terurai , semakin banyak jumlah sampah ,
semakin banyak pula lama waktu pengomposan.
(Gambar terlampir)
- Pengecil Ukuran
- Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos. Pengecilan ukuran dilakukan agar proses pembusukkan sampah semakin cepat, pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pencacah atau dipotong/dicacah secara maual menggunakan pisau.
(Gambar terlampir)
- Penyusunan Tumpukan
- Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.
- Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
- Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
- Pembalikan
- Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Pembalikan dilakukan secara bertahap dan rutin agar seluruh proses pembusukkan menjadi berlangsung rata.
- Penyiraman
- Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%).
- Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
- Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan.
- Pematangan
- Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan.
- Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
- Penyaringan
- Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
- Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
- Pengemasan dan Penyimpanan
- Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
- Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Tahapan pembuatan pupuk cair
1.Masukkan air cucian beras
2.Tambahkan 1L air
3.Masukkan cairan EM4
4.Masukkan cairan molase (gula jawa)
5.Campur , masukkan ke dalam komposter
6.Aduk rata
Proses pematangan berlangsung kurang lebih selama 1 bulan , bergantung pada kelembaban , apabila kelembaban semakin tinggi , Pupuk Organik cair pun akan cepat busuk/matang. Pupuk Organik Cair yang sudah matang disebut air lindi, cirinya tidak berbau .
Pengolahan pupuk yang terbuat dari sampah rumah tangga ini sangat bermanfaat bagi lingkungan , disamping kita mendapatkan manfaat kita juga mengurangi jumlah sampah di lingkungan kita.
Pupuk Cair Organik dan Pupuk Kompos Kering ini selanjutnya dimanfaatkan untuk tanaman hias dan sayuran di SMA Negeri 2 Bogor.
|
KESIMPULAN
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia dan dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik
daripada kadar haranya.
Proses
pembuatan Pupuk Organik Cair dilakukan dengan cara pemilahan sampah, penambahan
bahan- bahan dan cairan EM4 , penyimpanan dalam komposter dan pengadukan
sedangkan untuk pupuk kompos dilakukan dengan cara pemilhan sampah, penambahan
bahan EM4 ,penyimpanan dalam komposter
serta pengadukan . Perbedaannya terleak di dalam penambahan cairan
molase dan air cucian beras.
Siswa SMA Negeri 2 Bogor telah berpartisipasi dalam kegiatan pengolahan Pupuk
Cair Organik serta Pupuk Kompos.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sutanto, Rachman. (2002). Pertanian
organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius.
2. Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit,
R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat:Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
3. Honcamp, F. 1931. Historisches über die
Entwicklung der Pflanzenernährungslehre, Düngung und Düngemittel. In F. Honcamp
(Ed.). Handbuch der Pflanzenernährung und Düngelehre, Bd. I und II. Springer,
Berlin.
4. Parnata, Ayub.S. (2004). Pupuk Organik
Cair. Jakarta:PT Agromedia Pustaka. Hal 15-18.
5. lDjuarni,
Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.(2006). Cara Cepat Membuat
Kompos. Jakarta:AgroMedia.
6. FNCA Biofertilizer Project Group. 2006.
Biofertilizer Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA). Japan
Atomic Industrial Forum, Tokyo.
7. Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co., New
Delhi.
8. Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria
as biological control agents. p. 255-274. In F.Blaine Metting, Jr. (Ed.). Soil
Microbiology Ecology, Applications in Agricultural and Environmental
Management. Marcel Dekker, Inc., New York.
9.
Cattelan, A.J., P.G. Hartel, and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growth-promoting
rhizobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci.Soc.Am.J.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik diakses tanggal 2 Februari 2013
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
BalasHapusmenyediakan BIOAKTIVATOR untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro