Makalah
Presentasi Genetika Molekuler
GENOM
KROMOSOMAL DAN EKSTRAKROMOSOMAL
A. Pengertian
Genom
Genom adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme atau
khususnya keseluruhan asam nukleat yang memuat informasi tersebut. Secara
fisik, genom dapat terbagi menjadi molekul-molekul asam nukleat yang berbeda
(sebagai kromosom atau plasmid),
sementara secara fungsi, genom dapat terbagi menjadi gen-gen. Istilah genom diperkenalkan oleh Hans Winkler dari Universitas Hamburg, Jerman, pada
tahun 1920, mungkin sebagai gabungan dari kata gen dan kromosom atau dimaksudkan untuk menyatakan
kumpulan gen (Campbell et al., 2008).
Setiap
organisme memiliki genom yang mengandung informasi biologis yang diperlukan
untuk membangun tubuhnya dan mempertahankan hidupnya serta diwariskan ke generasi berikutnya. Dengan
sejumlah interaksi kompleks, urutan nukleotida komponen penyusun asam nukleat
digunakan untuk membuat semua protein pada suatu organisme pada waktu dan
tempat yang sesuai. Protein ini menjadi komponen pembentuk tubuh organisme atau
memiliki kemampuan membuat komponen pembentuk tubuh tersebut atau mendorong
reaksi metabolisme yang diperlukan untuk hidup. Kebanyakan
genom, termasuk milik manusia dan makhluk hidup bersel lainnya, terbuat dari DNA (asam deoksiribonukleat), namun
sejumlah virus memiliki genom RNA (asam ribonukleat). Kajian yang
mempelajari genom dikenal sebagai genomika. Saat ini, urutan nukleotida pada genom
sejumlah organisme telah dipetakan seluruhnya dengan teknik sekuensing DNA dalam berbagai proyek genom, misalnya Proyek Genom Manusia yang diselesaikan pada tahun 2003.
Perbandingan genom organisme dapat memberikan informasi mengenai karakteristik
organisme tersebut, evolusinya, dan
berbagai proses biologis.
DNA untai ganda (double stranded,
"ds") merupakan komponen pembentuk genom kebanyakan organisme dan semua sel. Namun, virus RNA memiliki genom RNA ds atau untai tunggal (single
stranded, "ss"). Secara umum, setiap molekul asam nukleat genom dapat disebut sebagai kromosom. Genom prokariota (organisme tanpa inti sel,
contohnya bakteri)
biasanya berupa molekul tunggal dsDNA sirkuler, walaupun dapat pula terdapat
DNA ekstrakromosom berbentuk plasmid sirkuler yang menyandikan produk gen yang menguntungkan namun tidak
esensial. Sementara itu, genom eukariota (organisme berinti sel, contohnya manusia) biasanya
berupa sejumlah molekul dsDNA linear. Istilah genom inti (nuclear genome)
pada eukariota mengacu pada informasi genetik berupa kromosom, dan kadang kala
juga fragmen DNA ekstrakromosom, di dalam inti sel. Genom
ekstranuklear sel eukariotik mencakup genom mitokondria dan kloroplas, yang
berupa molekul dsDNA sirkuler seperti pada prokariota.
B.
GENOM KROMOSOMAL (INTI)
Genom
inti diwariskan dari kedua orang tua dan berisi 46 kromosom, 23 dari ibu dan 23
dari ayah. Kromosom dalam DNA inti relatif lebih panjang juga mengandung
telomer dan sentromer. DNA inti ditemukan di setiap sel tubuh kita. DNA terdiri
dari nukleotida utama yang dikenal sebagai adenin, sitosin, guanin, dan timin.
DNA mengandung histon dan rantai helix ganda. DNA inti terletak di dalam inti
sel. DNA inti memiliki ukuran yang panjang, non sirkuler, double helix, dan pada saat akan pembelahan sel berbentuk kromosom.
DNA inti memiliki mekanisme reparasi yang efisien. DNA polimerase yang ada di
dalamnya mempunyai aktivitas proofreading
(suatu proses perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi DNA). Adanya aktivitas
ini menyebabkan DNA inti memiliki sistem perbaikan yang dapat menghilangkan
kesalahan replikasi. Apabila terjadi replikasi mtDNA yang tidak akurat, maka
akan menyebabkan mutasi mudah terjadi. Pada DNA inti terdapat intron yang
berperan saat sintesis protein, yaitu terjadi pemotongan intron pada saat
pemrosesan mRNA (Campbell et al.,
2008).
C. GENOM EKSTRAKROMOSOMAL (KLOROPLAS,
MITOKONDRIA, PLASMID)
1.
DNA Kloroplas
Struktur dari genom kloroplas sama dengan struktur
genom mitokondria. Seperti diketahui, DNA tersusun atas utas ganda, berpilin
dan terdiri dari struktur protein. DNA kloroplas lebih besar dari
pada DNA mitokondria hewan, dengan ukuran antara 80 kb hingga 600 kb. Genom kloroplas terdiri dari dua gen, pada setiap koroplas terdapat RNA ribosom (16 S; 23 S; 4,5 S;
5 S), berbeda dengan DNA mitokondria
yang hanya memiliki 1 tiruan gen. Genom juga terdiri dari gen untuk RNA transfer, dan
gen untuk yang lainnya. Tetapi tidak semuanya, susunan protein untuk
transkripsi dan translasi dari gen yang sudah
ditandai dalam kloroplas (seperti protein ribosom, sub unit RNA polimerase, dan
faktor-faktor translasi) atau untuk proses fotosintesis. Intron ditemukan pada
beberapa, tetapi tidak semua pada kode protein dan RNA transfer pada DNA
kloroplas. Protein lain yang ditemukan pada kloroplas adalah gen inti (nukleus).
Pada
tanaman tingkat tinggi, DNA kloroplas berbentuk molekul melingkar tertutup (close circular DNA) berutas ganda. DNA
kloroplas (genom) terdapat dalam 50 atau lebih lingkaran jalur-ganda melilit
dalam tiap plastid. Pada keadaan yang lebih kompleks, genom kloroplas
akan membentuk Supercoiled close
circular DNA. Genom kloroplas memiliki ukuran paling kecil di antara
DNA tanaman. Kelebihan dari genom kloroplas adalah sangat
efisien dalam memanfaatkan DNA. Hal ini dikarenakan hampir semua
DNA merupakan bagian dari gen tertentu sehingga mempunyai fungsi tertentu.
Total nukleotida dibandingkan dengan nukleotida yang menjadi bagian dari gen
sekitar 90% sehingga hampir tidak terdapat DNA berulang pada genom kloroplas
(Campbell et al., 2008).
2.
DNA Mitokondria
DNA mitokondria (Mitochondrial DNA; mtDNA atau mDNA) adalah materi genetik DNA yang berada di dalam mitokondria.
Mitokondria adalah organel dalam sel eukariotik yang mengubah energi kimia dari
makanan dalam bentuk yang dapat digunakan oleh sel, adenosin trifosfat (ATP). DNA mitokondria hanya sebagian
kecil DNA dalam suatu sel eukariotik; sebagian besar DNA didapati pada nukleus sel, dan pada tumbuhan, juga dalam kloroplas.
Berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi genetik sendiri
yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik di inti sel. Mitokondria,
sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian sel yang bernama mitokondria.
DNA mitokondria terdapat dalam jumlah banyak (lebih dari 1000 kopi) dalam tiap
sel, sedangkan DNA inti hanya berjumlah dua kopi. DNA mitokondria hanya
diwariskan dari ibu (maternally inherited).
Besar genom pada DNA mitokondria relatif kecil
apabila dibandingkan dengan genom DNA pada nukleus. Ukuran genom DNA
mitokondria pada tiap tiap organisme sangatlah bervariasi. Pada manusia ukuran
DNA mitokondria adalah 16,6 kb, sedangkan pada Drosophila melanogaster kurang lebih 18,4 kb. Pada khamir, ukuran
genom relatif lebih besar yaitu 84 kb. Tidak seperti DNA nukleus yang berbentuk
linear, mtDNa berbentuk lingkaran. Sebagian besar mtDNA membawa gen yang
berfungsi dalam proses respirasi sel. Eksperimen yang dilakukan dengan
menghilangkan mtDNA pada Saccharomyces cerevisiae menunjukan penurunan tingkat
pertumbuhan yang signifikan yang ditandai dengan mengecilnya ukuran sel.
mtDNA
bersifat haploid, diturunkan dari ibu ke seluruh keturunannya. DNA mitokondria
juga memiliki sifat unik yaitu laju mutasinya yang sangat tinggi sekitar 10-17
kali DNA inti. Hal ini
dikarenakan mtDNA tidak memiliki mekanisme reparasi yang efisien, tidak
memiliki protein histon, dan terletak berdekatan dengan membran dalam
mitokondria tempat berlangsungnya reaksi fosforilasi oksidatif yang
menghasilkan radikal oksigen sebagai produk samping. Selain itu, DNA polimerase
yang dimiliki oleh mitokondria adalah DNA polimerase γ yang tidak mempunyai
aktivitas proofreading (suatu proses
perbaikan dan pengakuratan dalam replikasi DNA). Tidak adanya aktivitas ini
menyebabkan mtDNA tidak memiliki sistem perbaikan yang dapat menghilangkan
kesalahan replikasi. Replikasi mtDNA yang tidak akurat ini akan menyebabkan
mutasi mudah terjadi.
DNA
mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat dalam matriks
mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda yang terdiri dari
untai heavy (H) dan light (L). Dinamakan seperti ini karena
untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dari untai L, disebabkan oleh
banyaknya kandungan basa purin. MtDNA terdiri dari daerah pengode (coding region) dan daerah yang tidak
mengode (non-coding region). MtDNA
mengandung 37 gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13 polipeptida yang
merupakan subunit kompleks enzim yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif,
yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari kompleks I, subunit b (sitokrom b)
dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV (sitokrom oksidase)
serta subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen ini ditranskripsi dari
untai H, yaitu 2 rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12 polipeptida. MtDNA tidak memiliki
intron dan semua gen pengode terletak berdampingan. Sedangkan protein lainnya
yang juga berfungsi dalam fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim
metabolisme, DNA dan RNA polimerase, protein ribosom dan mtDNA regulatory
factors semuanya dikode oleh gen inti, disintesis dalam sitosol dan kemudian
diimpor ke organel. Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb,
dimulai dari nukleotida 16024 hingga 576 dan terletak di antara gen tRNApro dan
tRNAphe. Daerah ini mengandung daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut
displacement loop (D-loop). D-loop
merupakan daerah beruntai tiga (tripple
stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop memiliki dua
daerah dengan laju polymorphism yang
tinggi sehingga urutannya sangat bervariasi antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding juga mengandung daerah pengontrol
karena mempunyai origin of replication
untuk untai H (OH) dan promoter transkripsi untuk untai H dan L (PL dan PH).
Selain itu, daerah non-coding juga
mengandung tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence block (CSB) I, II, III. Daerah yang lestari ini
diduga memiliki peranan penting dalam replikasi mtDNA.
3.
DNA Plasmid
Plasmid adalah unsur genetik yang terjadi
secara alami yang ditemukan dalam organisme mikroba. Plasmid dapat ditemukan di
semua tiga domain mikroba (archaea, bakteri) dan eukariot. Ekstrakromosomal
untai ganda DNA yang ditemukan dalam sitoplasma mikroba disebut plasmid. Plasmid memiliki struktur dobel heliks sirkular dengan
ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan ukuran DNA kromosomal, ukuran
plasmid berkisar antara 2 hingga 200 kb. Sebagai materi genetik
ektrakromosomal, plasmid tidak mengandung gen-gen yang esensial bagi
pertumbuhan dan perkembangan sel sebagaimana kromosom, namun plasmid mengandung
gen-gen yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup pada suatu kondisi tertentu.
Plasmid memiliki daerah awal replikasi (OriC) sehingga plasmid dapat bereplikasi
secara independen dan tidak bergantung pada kromosom. Plasmid dapat ditransfer
dari satu sel ke sel yang lain. Kemampuan plasmid untuk ditransfer dari satu
sel ke sel lain mengindikasikan gen-gen yang terdapat pada plasmid dapat
diekspresikan pada sel lain.
Sebagian besar plasmid
memiliki struktur sirkuler, namun ada juga plasmid linear yang dapat ditemukan
pada mikroorganisme tertentu, seperti Borrelia burgdorferi dan Streptomyces. Plasmid ditemukan dalam
bentuk DNA utas ganda yang sebagian besar tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin. Struktur superkoil terjadi karena enzim topoisomerase membuat sebagian DNA utas ganda lepas (tidak terikat)
selama replikasi plasmid berlangsung. Struktur
superkoil akan menyebabkan DNA plasmid berada dalam konformasi yang disebut
lingkaran tertutup kovalen atau covalently
closed circular (ccc), namun
apabila kedua utas DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali dalam keadaan
normal (tidak terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open circuler (oc).
Gen
merupakan segmen DNA yang mengkode RNA dan protein yang mengekspresikan suatu
sifat. Gen di dalam inti yang terdapat dalam genom kromosomal berperan dalam
pengaturan sifat sedangkan gen ekstrakromosomal berperan dalam pengaturan
fungsi dari bagian sel. Pada organisme prokaryotik, tidak memiliki struktur
membran inti sehingga akan mempengaruhi struktur gen. Gen prokaryotik tidak
terdapat intron (bagian gen bukan pengkode yang tidak di translasikan). Gen
prokaryotik tidak memiliki ruang. Dengan tidak adanya intron maka gen hanya
jadi satu ruang sehingga metabolisme terjadi secara simultan dan translasi bisa
terjadi secara langsung.Pada organisme eukaryotik memiliki stuktur dengan
banyak ruang sehingga harus seleksi dalam proses transkripsi kemudian di
translasikan menjadi protein.
Pada E.coli beberapa gen akan
ditranskripsikan menjadi molekul 1 mRNA, cluster gen ini yang disebut sebagai
operon. Operon adalah segmen DNA yang mengandung 2 atau lebih gen, memiliki
letak yang berurutan yang di transkripsikan menjadi 1 molekul mRNA
polysitronic. Sitron adalah unit genetik yang mengkode polipeptida.
Komponen
operon antara lain:
1.
Regulatory gene, menghasilkan protein reseptor sehingga dapat menghambat
ekspresi gen dengan bloking RNA polimerase.
2.
Promoter region, sekuen DNA dimana melekatnya RNA polimerase untuk
memulai transkripsi
3.
Operator region, sekuens DNA tempat menempelnya protein represor untuk
mencegah RNA polimerase untuk melakukan transkripsi
4.
Structural gene, sekuens DNA yang mengkode enzim yang langsung berperan
dalam produksi polipeptida
Gen-gen yang bukan operon memiliki
proses transkripsi yang menghasilkan 1 mRNA, promoter tetap ada. Pada organisme
prokaryotik memiliki ekspresi gen yang berasal dari respon terhadap lingkungan
sel. Pada organisme eukaryotik, terdapat intron dan ekson. Keduanya
ditranskripsikan ke RNA tetapi intron dihilangkan saat translasi. Setiap gen mengandung
ekson (bagian dari gen yang akan mengkode polipetida) dan intron yang
bervariasi.
Organisasi gen bergantung
pada:
1.
Ukuran gen bervariasi
2.
Jarak antar gen bervariasi
3.
Bagian dar kromosom yang bukan gen
4.
Umumnya ukuran ekson lebih kecil dari intron
Kolinearitas
gen dan protein :
1.
Urutan nukleotida pada kodon terkait dengan asam amino
2.
Coding sekuen dibatasi oleh non coding intron
Promoter
berperan untuk binding RNA polimerase , mengikat laju transkripsi. cDNA
merupakan komplementari DNA yaitu molekul DNA yang disintesis berdasarkan
sekuen mRNA pada sel eukaryotik. cDNA adalah sekuen DNA yang tidak mengandung
intron karena direserve transkrip dari mRNA yang sudah dihilangkan intronnya.
Berfungsi untuk mengtahui ekson atau intron.
Struktur
gen dari DNA mitokondria :
1.
Ukurannya bervariasi dari suatu spesies dengan spesies lain, tidak
menjamin kalau besar gennya banyak.
2.
Jumlah dan ukurannya tergantung dari kekomplekskannya dan kebutuhan
energi.
3.
Human mtDNA mengkode 2 rRNA, 22tRNAs, dan 13 protein
4.
Yeast mtDNA berbeda dengan manusia, mengkode 6 macam gen 2 rRNA, 25 tRNA
dan 16 polipeptida
5.
Tanaman berbunga memiliki genom mtDNA yang lebih komplek dan besar.
Mekipun berkerabat dekat namun ukuran mitokondria berbeda beda.
Struktur gen dari cpDNA
1.
Kebanyakan genom kloroplas mengandung suatu single cloroplas DNA
2.
Gen-gennya banyak mengandung intron
3.
Kebanyakan cpDNA mengandung sekuen yang berulang.
Sel prokariot dan eukariot memiliki perbedaan yang
sangat signifikan dengan dasar utama ada tidaknya membrane inti sel. Namun
masih ada beberapa perbedaan antara keduanya yang dapat dilihat pada table di
bawah ini:
PROKARIOT
|
EUKARIOT
|
Tidak memiliki inti
yang sebenarnya, materi inti tersebar dalam sitoplasma karena tidak mempunyai
membrane inti
|
Memiliki nucleus
yang sebenarnya karena materi inti dilingkupi oleh membrane inti
|
Memiliki DNA yang
lebih sederhana, lebih sedikit mengandung pasangan basa nukleotida, berbentuk
sirkuler
|
Memiliki DNA yang
lebih kompleks, lebih banyak mengandung pasangan basa nukleotida, sehingga
harus digulung pada protein histon (ada histonnya)
|
Hanya memiliki
kromosom tunggal
|
Memiliki kromosom
lebih dari 1 (satu)
|
Tidak memiliki intron,
hanya ekson
|
Memiliki intron dan
ekson
|
Memiliki operon
|
Tidak memiliki
operon
|
Proses transkipsi
dan translasi dapat terjadi secara simultan
|
Transkipsi terjadi
di inti, dan translasi terjadi di sitoplasma. Keduanya tidak dapat berjalan
secara bersamaan.
|
Proses transkipsi
terjadi lebih sederhana
|
Transkipsi lebih
rumit terjadi, dikarenakan akses RNA polymerase terhadap DNA lebih lama
akibat DNA dikemas secara kompak dengan protein histon
|
Proses regulasi
sintesis protein lebih sederhana
|
Proses regulasi
sintesis proteinnya lebih kompleks
|
Intron berasal dari singkatan “intragenic regions”, yang
merupakan bagian yang tidak berkode dari precursor mRNA (pre-mRNA), yang
dibuang sebelum mRNA siap ditranslasi. Ukuran genome berkorelasi dengan panjang
intron per gen, contohnya intron yang ada pada gen hewan invertebrate lebih
pendek dibandingkan dengan dengan intron yang ada pada gen manusia, dan lebih
panjang dibandingkan dengan jamur. Panjang dan ukuran intron berbeda pula pada
satu spesies yang sama dan berbeda pada gen yang berbeda dalam satu individu.
Intron sering ditemukan dalam genome eukariotik dalam pasangan AU atau AC
(Albert et al., 2002).
Intron terdiri dari 4 kelas : intron inti, intro grup I,
intron grup II dan intron grup III. Intron inti, atau disebut pula splisiomal
intron merupakan bagian intron yang diputus oleh spliceosome. Ada beberapa
rangkaian khusus yang mendukung proses identifikasi pemutusan (spalacing) oleh
intron ini. Intron I, II dan III merupakan inton yang dengan tanpa spleceosom
dalam prosesi splacing dari pre mRNA. Intron I melakukan spacing dengan bantuan
nukleosida guanine bebas. Intron grop II dan III proses pemutusan melalui
lintasan Lariat, yang mempunyai fungsi yang sama dengan spleceosome, yang
kemungkinan merupakan hasil dari evolusi spliceosome.
Ada dua hipotesis mengenai mengapa intron terbentuk :
Ada dua hipotesis mengenai mengapa intron terbentuk :
1. Intron- Early (IE), Pada awalnya intron banyak
ditemukan pada organism purba/awal prokariotik maupun eukariotik. Kemudian
intron menghilang pada organism prokariotik disebabkan untuk efesiensi
kelangsungan hidupnya. Fakta yang menjadi dasar teori ini adalah intron
memfasilitasi exon sebagai domain dalam pembentukan potein. Model ini
memungkinkan adanya evolusi gen baru.
2. Intron-Late (IL). Pada awalnya intron berupa parasit
yang memiliki gen yang disebut transposable elemen. Gen ini masuk pada organism
yang tidak memiliki intron kemudian terakmulasi sehingga terbentuk dalam
rangkain DNA yang ditranskripsi sebagai intron. Model ini didasarkan pada
adanya speciomal intron yang ditemui hanya pada organism eukariotik
Intron
mempunyai fungsi diantaranya :
1.
Fungsi intron adalah mengatur aktivitas gen mengatur gen dalam setiap tahap
pertumbuhan dan perkembangan suatu organism dan kebutuhan biologis sesaat
melalui kontrol ekpresi gen. Intron inti bisa bersifat sebagai katalis dari
beberapa reaksi kimia, yang disebut ribozyme. Ribozim memfasilitasi pemotongan
intron dengan sendirinya (self splicing), sehingga protein yang ditranslasi
menjadi hanya protein yang bermanfaat saja.
2.
Struktur stabil yang ada pada intron memungkinkan intron dapat melindungi pre
mRNA dari degradasi enzim.
3.
Intron menghasilkan variasi fenotipik dengan mengatur atau memfasilitasi
trasposisi dari exon. Pembuktian hal ini berasal dari kenyataan bahwa intron
berada pada dua batas domain pada molekul DNA, dinamakan Exon shuffling.
Mekanisme ini memungkin adanya variasi kombinasi exon baru.
4.
Beberapa intron mempunyai fungsi mengontrol rangkaian proses pada kromosom X,
hal ini penting dalam menentukan jenis kelamin pada tanaman dan vertebrata. gen
Sxl merupakan pengatur utama dalam penetuan jenis kelamin dan fungsinya adalah
mengatur intron yang dipotong pada mRNA. Gen Sxl menghalagi pemutusan intron
pada betina, sehingga menghentikan betina memproduksi protein fungsional msl-2.
Gen msl-2 juga dikontrol oleh dengan memutus intron pada jantan, tidak pada
betina. Jantan tidak memiliki gen Sxl, sehingga proses expresi gen msl-2 dapat
berjalan.
5.
Intron tidak mempunyai fungsi dalam proses translasi, tapi mempengaruhi peran
dalam pengaturan sintesis protein. Intron yang tidak terpotong (unspliced) yang
ada dalam mRNA mengakibatkan penyimpangan dalam expresi gen, contohnya
terbentuk sel kanker (Bregman, 2001).
Pada pengendalian negatif, gen
regulator menghasilkan suatu protein represor. Represor ini menempel pada
daerah operator yg terletak disebelah hilir promoter. Penempelan menyebabkan
RNA polimerase tidak dapat melakukan transkripsi gen-gen struktural sehingga
operon mengalami represi. Induser melekat pada bagian represor dan mengubah
struktur (sisi allosterik) dari represor, sehingga mengubah secara allosterik
konformasi molekul represor, kemudian represor tidak dapat menempel lagi pada
operator dan represor tidak mampu menghambat trankripsi. RNA polimerase akan
terus berjalan. Represor yang dihasilkan oleh gen regulator tidak berikatan
dengan ko-represor akan tidak aktif dan trankripsi pun akan berjalan. Pada
gambar keempat pada pengendalian negatif menjelaskan bahwa represor yang
berikatan dengan ko-represor pada sisi allosteriknya akan menghambat
transkripsi. Pengendalian positif menjelaskan bahwa gen regulator menghasilkan
suatu aktivator yang belum aktif, sehingga transkripsi tidak bisa berjalan.
Aktivator yang dihasilkan oleh gen regulator berikatan dengan protein induser
sehingga aktivator akan tereaktivasi dan trankripsi pun berjalan. Gen regulator
yang menghasilkan suatu aktivator yang sudah aktif dan transkripsi akan
berjalan. Pada gambar keempat dari pengendalian positif menjelaskan bahwa
aktivator akan berikatan dengan ko-represor sehingga menjadi tidak aktif,
maka tidak terjadi transkripsi.
Review Jurnal : Efficient
Mitochondrial Genome Editing by CRISPR/CaS9
¨ Pendahuluan
Mitokondria berisi
genom yang mengkode protein respirasi. Adaya aktivitas fosforilasi oksidatif
menyebabkan mutasi mtDNA. Manipulasi DNA Mitokondria di desain untuk
memperbaiki mtDNA yang rusak . Sistem CRISPR/CaS9 digunakan untuk mengedit DNA
inti untuk memperbaiki alel yang mengalami mutasi. FLAG-CaS9 dapat mengedit DNA
mitokondria dalam genom mitokondria. Ekspresi FLAG-CaS9 memacu pembelahan
mtDNA.Untuk melihat distribusi FLAG-CaS9 dibuat mitoCaS9 yang akan mengatur
mitokondria
¨ Metode
Konstruksi
mitokondria target CaS 9 menggunakan olignukleotida. Kultur sel dan transfeksi
dengan sel HEK-293T ditumbuhkan dan ditransfeksikan mitoCaS9. PCR untuk DNA
mitokondria diekstrasi dengan menggunakan primer PCR
Hasil Distribusi CRISPR/CaS9 mitkondria
CRISPR dan sRNA
berasosiasi dalam mengode editing DNA. Terdistribusi di sitoplasma, mitkondria,
dan nukleus dari sel HEK-293T
¨ Pengaturan
pembelahan mtDNA oleh CRISPR/CaS9
Oligonukleotida
yang ada pada area mtDNA membantu memperlihatkan pembelahan mtDNA. FLAG-CaS9
dapat berpindah ke matriks mitkondria (kontrol kerusakan mtDNA juga)
¨ Mito
CaS-9 untuk mengedit DNA mitokondria
Mengandung enzim
retriksi untuk memotong DNA Mitokondria Eliminasi bagian yang mengalami mutasi
¨ Kesimpulan : CRISPR/CaS9 dapat
digunakan untuk mengatur editing mtDNA, studi mitokondria dan fungsi RNA dalam
genom mitokondria (Jo et al., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B.; Johnson, A.; Lewis, J.;
Raff, M.; Roberts, K.; Walters, P. 2002. Molecular Biology of the Cell 4
Edition. New York: Garland Science.
Bergman,
J. 2001. The Functions of Introns: From Junk DNA to Designed DNA. Perspectives on Science and Christian Faith.
53(3): 23-34.
rown, T.A. 2002. Genomes 2
Edition. Oxford: Wiley-Liss.
Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Urry,
L.A.; Cain, M.L.; Wasserman, S.A.; Minorsky, P.V.; Jackson, R.B. 2008. Biology Eight
Edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings
Jo, A., Ham, S., Lee, G.H., Lee,
Yu-II., Kim, S., Shin, J., and Lee, Y. 2015. Efficient Mitochondrial Genome
Editing by CRISPR/Cas9. BioMed Research International. 2015(10):1155-1165.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar