Pendahuluan
Poliploid merupakan suatu keadaan
dimana terdapat lebih dari dua set kromosom. Umumnya, poliploid terjadi pada
tumbuhan, meskipun pada beberapa kasus dapat ditemukan pada hewan, seperti
pada. Jenis poliploid tergantung pada banyaknya set kromosom dalam organisme,
ketika organisme memiliki 3 set kromosom, individu tersebut disebut triploid, 4
set kromosom tetraploid dan seterusnya. Poliploidi dapat terjadi karena
berbagai factor, seperti karena gagal berpisah , zat kimia seperti kolkisin,
sinar X serta kejutan listrik. Poliploid berdasarkan sumber kromosomnya dibagi
menjadi dua, yaitu autopolyploid dan allopolyploid. Autopoliploidi merupakan
poliploid yang terjadi karena penyatuan kromosom antara dua individu dalam
spesies yang sama, sementara allopolyploid terjadi ketika adanya persilangan
antara dua individu berbeda genus atau species namun masih kerabat dekat.
Poliploidi pada tumbuhan
mengakibatkan ukuran sel yang lebih besar, hal inilah yang menyebabkan
poliploidi berperan sangat baik dalam penelitian pemuliaan tanaman, seperti
untuk mendapatkan buah tanpa biji,
seperti semangka tanpa biji atau anggur tanpa biji. Poliploidi yang terjadi
karena bahan kimia dapat disebabkan oleh zat- zat antimitotic seperti kolkisin,
vinkristin, vinblastine serta vinflunnin. Senyawa tersebut mampu
mendepolarisasi mikrotubula ktika dalam proses pembelahan sel. Bahan yang biasa
digunakan untuk pengujian kolkisin adalah bawang merah.
DA
Tujuan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan
1. Mengamati
dan mempelajari poliploidisasi pada Alium
ascalomicum
2. Mengamati
morfologi hasil poliploidisasi Alium
ascalomicum
II. METODE
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas benda untuk meletakkan obek,
kuas untuk mengambil sampel, kertas label untuk memberi label pada
sampel,tissue untuk membersihkan dan menyerap air pada gelas benda, mikrotube
sebagai wadah sampel dalam percobaan, pipet sebagai alat untuk mengambil
larutan, silet untuk memotong sampel, dan
mikroskop untuk mengamati objek yang akan diteliti.
B.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaa ini adalah gliserol, kuteks, acetorcein, akuades,
AAG 45%, dan HCl.
c.
Cara kerja
Langkah
awal dalam percobaan inia adalah bawang merah dikecambahkan. 1 1 buah bawang
merah dijadikan kontrol dan 1 buah bawang merah lainnya diberi perlakuan
kolhisin perendaman kolkhisin 0,05% selama 24 jam, kemudian kedua sampel
dilakukan prafiksasi dengan cara merendam bawang di dalam kolkhisin 0.03%
selama 24 jam. Setelah dilakukan prafiksasi, kedua sampel difiksasi menggunakan
AAG 45% selama 15 menit, dimaserasi menggunakan HCl di dalam oven dengan suhu
55 C selama 2-3 menit. Kemudian, sampel diwarnai menggunakan acetoorcein selama
30 menit dan dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
HASIL
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukukan didapatkan data berupa:
Tabel
1. Perbandingan fenotipe Allium
ascalonicum pada konsentrasi 0,03 dan 0,05 %
|
Kontrol
|
Perlakuan
|
Akar
|
Sedang
|
Lebih panjang, besar
dan banyak
|
Batang
|
Sedang
|
Lebih besar
|
Daun
|
Sedang
|
Lebih panjang, besar
dan banyak
|
Setelah
bawang merah dibuat dijadikan preparat, diamati dengan mikroskop kemudian
didapatkan hasil berupa:
No
|
0,03 %
|
0,05 %
|
1
|
|
|
PEMBAHASAN
Pada
praktikum ini digunakan sampel bawang merah yang dikecambahkan. Bawang merah
digunakan sebagai sampel mudah diamati dan jumalah kromosomnya sedikit, serta
ukuran yang besar sehinggga mudah diamati. Selain itu, bawang merah dapat
diamati pertumbuhannya dalam waktu singkat sehingga mempermudah efektivitas waktu percobaan.
Bawang
merah dikecambahkan dan dibedakan sebagai kontrol dan perlakuan. Bawang merah
yang diberi perlakuan dilakukan perendaman kolkhisin 0,05% selama 24 jam. Hal
ini bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan bawang merah biasa dengan bawang
merah poliploid yang diberi perlakuan 0,05%. Perlakuan kolkhisin dalam
poliploidisasi adalah untuk mendepolarisasi benang spindel sehingga mitosis
terhambat. Perlakuan kolkhisin dilakukan selaa 24 jam agar kolkhisin dapat
terserap secara efektif. Zona pembelahan pada akar bawang merah dipotong kecil
kecil yang selanjutnya akan diberi perlakuan prafiksasi. Tahap prafiksasi
menggunakan asam asetat glasial 45% dengan volume tertentu. Asam asetat
ditambahkan ke dalam mikro tube yang sudah berisi potongan akar bawang merah
hingga potongan tersebut terendam. Kemudian mikrotube ini disimpan pada suhu 5
derajat celcius selama 15 menit dengan tujuan menginaktivasi enzim yang ada
pada bawang merah tersebut. Mikrotube diambil dan potongan bawang merah
tersebut di cleaning menggunakan akuades sebanyak tiga kali. Tahap selanjutnya
adalah fiksasi. Bahan yang digunakan untuk fiksasi adalah HCl 1 N. HCl berperan
dalam mendegradasi dinding sel agar zat warna dapat diserap oleh sel bawang
merah. Fiksasi dilakukan dalam suhu 55 derajat celcius selama 2-3 menit. Suhu
tinggi bertujuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi degradasi dinding sel.
Hasil fiksasi diambil dan di cleaning dengan alcohol sebanyak tiga kali hingga
tidak ada HCl yang tertinggal pada mikrotube. Lalu dilakukan pewarnaan dengan
menambahkan aceto orcein hingga potongan akar terendam, dibiarkan selama 30 menit.
Potongan akar yang telah diwarnai akan di squash untuk pengamatan.sebelum
pengamatan, preparat ditetesi gliserin untuk meningkatkan indeks bias. Setelah
itu, dilakukanpengamatan di bawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan di
bawah mikroskop dapat dilihat bahwa pada Allium ascalonicum dengan konsentrasi
0,03% memiliki bentuk sel yang lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi 0,05
%. Kolkisin merupakan zat antimitotic yang bekerja maksimal pada konsentrasi
0.05-0,1 % .Pada konsentrasi dibawah 0,05% kolkisin tidak bereaksi sementara
pada konsentrasi diatas 0,01% kolkisin bersifat toksik dan menghambat
pertumbuhan tanaman.
Kesimpulan
Berdasarkan
perlakuan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian
kolkisin 0,05 % akan menyebabkan sel menjadi lebih besar dan membuat fenotip
Allium ascalonicum lebih besar ukurannya dibandingkan Allium ascalonicum
kontrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar