Sabtu, 11 November 2017

POLIPLOIDISASI BAWANG MERAH



Pendahuluan
            Poliploid merupakan suatu keadaan dimana terdapat lebih dari dua set kromosom. Umumnya, poliploid terjadi pada tumbuhan, meskipun pada beberapa kasus dapat ditemukan pada hewan, seperti pada. Jenis poliploid tergantung pada banyaknya set kromosom dalam organisme, ketika organisme memiliki 3 set kromosom, individu tersebut disebut triploid, 4 set kromosom tetraploid dan seterusnya. Poliploidi dapat terjadi karena berbagai factor, seperti karena gagal berpisah , zat kimia seperti kolkisin, sinar X serta kejutan listrik. Poliploid berdasarkan sumber kromosomnya dibagi menjadi dua, yaitu autopolyploid dan allopolyploid. Autopoliploidi merupakan poliploid yang terjadi karena penyatuan kromosom antara dua individu dalam spesies yang sama, sementara allopolyploid terjadi ketika adanya persilangan antara dua individu berbeda genus atau species namun masih kerabat dekat.
            Poliploidi pada tumbuhan mengakibatkan ukuran sel yang lebih besar, hal inilah yang menyebabkan poliploidi berperan sangat baik dalam penelitian pemuliaan tanaman, seperti untuk  mendapatkan buah tanpa biji, seperti semangka tanpa biji atau anggur tanpa biji. Poliploidi yang terjadi karena bahan kimia dapat disebabkan oleh zat- zat antimitotic seperti kolkisin, vinkristin, vinblastine serta vinflunnin. Senyawa tersebut mampu mendepolarisasi mikrotubula ktika dalam proses pembelahan sel. Bahan yang biasa digunakan untuk pengujian kolkisin adalah bawang merah.

DA
Tujuan
            Tujuan dari percobaan yang dilakukan
1.      Mengamati dan mempelajari poliploidisasi pada Alium ascalomicum
2.      Mengamati morfologi hasil poliploidisasi Alium ascalomicum



II. METODE                                                 

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas benda untuk meletakkan obek, kuas untuk mengambil sampel, kertas label untuk memberi label pada sampel,tissue untuk membersihkan dan menyerap air pada gelas benda, mikrotube sebagai wadah sampel dalam percobaan, pipet sebagai alat untuk mengambil larutan, silet untuk memotong sampel, dan  mikroskop untuk mengamati objek yang akan diteliti.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaa ini adalah gliserol, kuteks, acetorcein, akuades, AAG 45%, dan HCl.

c. Cara kerja
Langkah awal dalam percobaan inia adalah bawang merah dikecambahkan. 1 1 buah bawang merah dijadikan kontrol dan 1 buah bawang merah lainnya diberi perlakuan kolhisin perendaman kolkhisin 0,05% selama 24 jam, kemudian kedua sampel dilakukan prafiksasi dengan cara merendam bawang di dalam kolkhisin 0.03% selama 24 jam. Setelah dilakukan prafiksasi, kedua sampel difiksasi menggunakan AAG 45% selama 15 menit, dimaserasi menggunakan HCl di dalam oven dengan suhu 55 C selama 2-3 menit. Kemudian, sampel diwarnai menggunakan acetoorcein selama 30 menit dan dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.









HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukukan didapatkan data berupa:
Tabel 1. Perbandingan fenotipe Allium ascalonicum pada konsentrasi 0,03 dan 0,05 %


Kontrol
Perlakuan
Akar
Sedang
Lebih panjang, besar dan banyak
Batang
Sedang
Lebih besar
Daun
Sedang
Lebih panjang, besar dan banyak

Setelah bawang merah dibuat dijadikan preparat, diamati dengan mikroskop kemudian didapatkan hasil berupa:
No
0,03 %
0,05 %
1






PEMBAHASAN


Pada praktikum ini digunakan sampel bawang merah yang dikecambahkan. Bawang merah digunakan sebagai sampel mudah diamati dan jumalah kromosomnya sedikit, serta ukuran yang besar sehinggga mudah diamati. Selain itu, bawang merah dapat diamati pertumbuhannya dalam waktu singkat sehingga mempermudah  efektivitas waktu percobaan.
Bawang merah dikecambahkan dan dibedakan sebagai kontrol dan perlakuan. Bawang merah yang diberi perlakuan dilakukan perendaman kolkhisin 0,05% selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan bawang merah biasa dengan bawang merah poliploid yang diberi perlakuan 0,05%. Perlakuan kolkhisin dalam poliploidisasi adalah untuk mendepolarisasi benang spindel sehingga mitosis terhambat. Perlakuan kolkhisin dilakukan selaa 24 jam agar kolkhisin dapat terserap secara efektif. Zona pembelahan pada akar bawang merah dipotong kecil kecil yang selanjutnya akan diberi perlakuan prafiksasi. Tahap prafiksasi menggunakan asam asetat glasial 45% dengan volume tertentu. Asam asetat ditambahkan ke dalam mikro tube yang sudah berisi potongan akar bawang merah hingga potongan tersebut terendam. Kemudian mikrotube ini disimpan pada suhu 5 derajat celcius selama 15 menit dengan tujuan menginaktivasi enzim yang ada pada bawang merah tersebut. Mikrotube diambil dan potongan bawang merah tersebut di cleaning menggunakan akuades sebanyak tiga kali. Tahap selanjutnya adalah fiksasi. Bahan yang digunakan untuk fiksasi adalah HCl 1 N. HCl berperan dalam mendegradasi dinding sel agar zat warna dapat diserap oleh sel bawang merah. Fiksasi dilakukan dalam suhu 55 derajat celcius selama 2-3 menit. Suhu tinggi bertujuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi degradasi dinding sel. Hasil fiksasi diambil dan di cleaning dengan alcohol sebanyak tiga kali hingga tidak ada HCl yang tertinggal pada mikrotube. Lalu dilakukan pewarnaan dengan menambahkan aceto orcein hingga potongan akar terendam, dibiarkan selama 30 menit. Potongan akar yang telah diwarnai akan di squash untuk pengamatan.sebelum pengamatan, preparat ditetesi gliserin untuk meningkatkan indeks bias. Setelah itu, dilakukanpengamatan di bawah mikroskop.
            Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop dapat dilihat bahwa pada Allium ascalonicum dengan konsentrasi 0,03% memiliki bentuk sel yang lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi 0,05 %. Kolkisin merupakan zat antimitotic yang bekerja maksimal pada konsentrasi 0.05-0,1 % .Pada konsentrasi dibawah 0,05% kolkisin tidak bereaksi sementara pada konsentrasi diatas 0,01% kolkisin bersifat toksik dan menghambat pertumbuhan tanaman.

Kesimpulan
Berdasarkan perlakuan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian kolkisin 0,05 % akan menyebabkan sel menjadi lebih besar dan membuat fenotip Allium ascalonicum lebih besar ukurannya dibandingkan Allium ascalonicum kontrol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar