BAB 15
DASAR KROMOSOM PENURUNAN SIFAT
Sebelum tahun 1900, para ahli biologi belum
memahami apa yang telah dilakukan oleh Gregor Mendel. Pada waktu itu, tiga ahli
botani, bekerja secara terpisah melakukan penelitian perkembangbiakan tumbuhan,
memperoleh hasil-hasil yang sama dengan yang didapat Mendel. Dengan menelusuri
literature, Karl Correns (berkebangsaan Jerman), Erich von Tschermak
(berkebangsaan Austria), dan Hugo de Vries (berkebangsaan Belanda) semuanya
menemukan bahwa Mendel telah menjelaskan hasil-hasil yang sama ini 35 tahun
sebelumnya. Selama tahun-tahun di antaranya, biologi telah berkembang menjadi
lebih eksperimental dan kuantitatif sehingga lebih reseptif terhadap pemikiran
Mendel. Namun demikian, banyak ahli biologi masih sulit atau enggan mempercayai
hokum Mendel mengeni segregasi dan pemilahan independen (independent
assortment) sampai bukti mempertegas bahwa prinsip-prinsip hereditas ini
mempunyai dasar fisis perilaku kromosom, faktor-faktor hereditel
Mendel-gen—terletak pada kromosom. Sebagai contoh, bintik-bintik putih (warna
fluoresen) dalam mikrograf cahaya menunjukkan lokus dari suatu gen pada sebuah
pasangan homolog kromosom manusia (yang telah beraplikasi, sehingga ada dua
titik per kromosom).
MENGHUBUNGKAN MENDELISME DENGAN KROMOSOM
A.
Penurunan sifat Mendelian memiliki dasar fisis perilaku kromosom selama
siklus kehidupan seksual
Pada awal 1900-an, para ahli genetika
menunjukkan bahwa pergerakan-pergerakan kromosom dalam meiosis bertanggung
jawab atas hokum Mendel. Sebagai contoh, kromosom dan gen keduanya hador dalam
bentuk pasangan di dalam sel diploid. Kromosom-kromosom homolog berpisah dan
alel-alel bersegregasi selama meiosis, dan fertilisasi memulihkan kembali
kondisi berpasangan ini baik untuk kromosom maupun gen. akhirnya, muncul teori kromosom mengenai penurunan sifat.
Menurut teori tersebut, gen-gen “Mendel” mempunyai lokus-lokus khusus pada
kromosom, dan kromosomlah yang mengalami segresi dan pemilahan independen.
B.
Morgan melacak gen pada sebuah kromosom khusus: sains sebagai proses
Thomas Hunt Morgan, seorang ahli embriologi
adalah orang pertama yan menghubungkan suatu gen tertentu dengan kromosom
khusus. Untuk penelitiannya, Morgan memilih satu spesies lalat buah, Drosophila Melanogaster, sejenis lalat
yang mudah berkembang biak. Setelah setahun mengembangbiakkan dan mencari
individu-individu varian, Morgan akhirnya menemukan seekor lalat jantan dengan
mata putih yang berbeda dengan warna mata normal, yaitu merah.
Setelah Morgan
menemukan lalat jantan bermata putih, ia mengawinkannya dengan seekor betina
bermata merah, hasilnya seluruh keturunan F1 mempunyai mata merah. Ketika
Morgan mengawinkan tipe F1 satu sama lain, ia memperoleh rasio fenotipe 3:1
pada keturunan F2. Akan tetapi, karakter mata putih hanya terdapat pada jantan
saja. Seluruh betina F2 mempunyai mata merah, setengah jantan lainnya bermata
putih. Ternyata warna mata pada lalat terkait dengan jenis kelaminnya. Penemuannya bahwa kromosom X dalam Drosophila membawa gen untuk warna mata
mendukung teori kromosom mengenai penurunan sifat.
C.
Gen-gen terpaut cenderung diwarisi bersama karena gen-gen tersebut
berada pada kromosom yang sama
Gen-gen yang berada pada kromosom yang sama
cenderung diwarisi bersama pada penyilangan genetic karena kromosom tersebut diteruskan
sebagai satu unit. Gen-gen tersebut dikatakan sebagai gen terpaut. Lalat tipe liar mempunyai tubuh berwarna abu-abu dan
sayap berukuran normal. Fenotipe mutan untuk karakter-karakter ini adalah tubuh
berwarna hitam dan sayap verstigial (berkerut) yang jauh lebih kecil daripada
sayap normal. Morgan menyilangkan dihibrid-dihibrid betina dengan jantan yang
kedua fenotipnya mutan, yaitu tubuh berwarna hitam dan sayap vestigial. Penyilangan ini lebih
mirip dengan test cross-nya Mendel
daripada dengan persilangan F1 antara dua dihibrid. Morgan akan menghasilkan
empat kelas fenotipe keturunan, kira-kira berjumlah sama. Hasil-hasil yang
didapat ternyata sangat berbeda, terdapat jumlah yang tidak proporsional antara
lalat tipe liar dengan mutan ganda di antara keturunannya. Meskipun kedua
fenotipe lainnya jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan yang diperkirakan
berdasarkan hokum pemilahan independen, fenotipe-fenotipe ini tetap terwakili
di antara keturunan hasil persilangan Morgan.
D.
Pemilahan independen kromosom-kromosom dan pindah silang
menghasilkan rekombinan-rekombinan
genetic
Meiosis dan
fertilisasi acak menghasilkan variasi genetik di antara keturunan organism yang
bereproduksi secara seksual. Istilah umum untuk pembentukan keturunan dengan
kombinasi-kombinasi baru sifat yang diwarisi dari dua induk adalah rekombinasi genetik.
Keturunan rekombinan,
yang memperlihatkan kombinasi baru difa yang diwarisi dari kedua orangtua,
adalah hasil dari peristiwa meiosis dan fertilisasi acak. Peristiwa-peristiwa ini mencakup pindah
silang dan pemilahan bebas kromosom selama pembelahan meiosis I. frekuensi
rekombinasi di bawah 50% menandakan bahwa gen-gen tersebut terpaut tetapi
pindah silang telah terjadi. Dalam proses ini, kromosom-kromosom homolog yang
berada dalam keadaan sinapsis selama profase meiosis I putus di titik-titik
yang bersesuaian dan bertukar fragmen, menciptakan kombinasi-kombinasi baru
alel yang kemudian diteruskan kepada gamet.
E.
Para ahli genetika dapat menggunakan data rekombinasi untuk memetakan
lokus-lokus genetic suatu kromosom
Satu cara untuk
memetakan gen-gen ialah dengan menyimpulkan urutan dan mencari indikasi kasar
mengenai jarak relative antara gen-gen tersebut dari data persilangan. Semakin
jauh gen-gen itu terpisah pada kromosom, semakin besar kemungkinan gen-gen itu
akan terpisah selama pindah silang. Pemetaan sitologis merupakan satu teknik
yang dapat menentukan secara tepat lokus
fisis suatu gen dengan mencari kaitan antara suatu fenotipe mutan dengan cacat
kromosom yang terlihat pada mikroskop.
KROMOSOM-KROMOSOM SEKS
A.
Dasar kromosom seks bervariasi pada setiap organisme
Seks
merupakan karakter fenotipik warisan yang biasanya ditentukan ole ada atau
tidak adanya kromosom-kromosom khusus; mekanisme tepatnya bervariasi pada
setiap spesies. Manusia dan mamalia lain, seperti lalat buah, memiliki system
X-Y. jantan XY memberikan satu kromosom X atau satu kromosom Y pada sperma,
yang berkombinasi dengan satu ovum yang mengandung satu kromosom X dari betina
XX. Jenis kelamin keturunannya ditentukan pada saat konsepsi oleh apakan sperma
tersebut membawa X atau Y.
B.
Gen-gen terpaut-seks memiliki pola-pola penurunan sifat yang unik
Kromosom
seks membawa gen-gen tertentu untuk sifat-sifat yang tidakberkaitan dengan
kelelakian atau keperempuanan. Hemophilia merupakan suatu gangguan resesif
terpaut-seks yang gennya berada pada kromosom X. pada betina-betina mamalia,
salah satu dari kedua kromosom X di dalam setiap sel terinaktivasi secara acak
selama awal-awal perkembangan embrionik.
KESALAHAN DAN PENGECUALIAN DALAM PENURUNAN SIFAT KROMOSOM
A.
Perubahan jumlah atau struktur kromosom menyebabkan beberapa kelainan
genetic
Kesalahan
selama meiosis dapat mengubah jumlah kromosom per sel atau mengubah striktur
masing-masing kromosom. Perubahan seperti itu dapat mempengaruhi fenotipe.
Aneupeloid, jumlah kromosom yang abnormal, dapat timbul apabila gamet normal
bersatu dengan gamet yang mengandung dua salinan atau tidak memiliki salinan
dari suatu kromosom tertentu sebagai akibat terjadinya nondisjungsi selama
meiosis. Poliploid, yang di dalamnya terdapat lebih dari dua set lengkap
kromosom, dapat terjadi akibat nondisjungsi lengkap selama pembentukan gamet.
Berbagai jenis susunan dapat terjadi akibat putusnya kromosom. Fragmen yang
hilang menyisakan satu kromosom dengan satu delesi dan dapat menghasilkan
duplikasi, translokasi, atau inverse dengan cara menempel kembali ke kromosom
lain. Perubahan demikian menyebabkan beragam kelainan pada manusia, seperti Down Syndrome yang boasanya diakibatkan
oleh trisomi kromosom.
B.
Efek fenotipik dari beberapa gen tergantung pada apajan gen-gen tersebut
diwarisi dari ibu atau dari ayah (imprinting)
Individu-individu
meng-imprint baian-bagian tertentu kromosom di dalam sel-sel penghasil gamet
mereka dengan “cap” jantan atau betina, dalam bentuk metilasi. Ini
memperngaruhi cara sejumlah gen diekspresikan pada keturunan. Imprinting
genomic membantu pola penurunan sifat sejumlah kelainan herediter, termasuk
sindrom fragile X.
C.
Gen ekstranukleus menunjukkan pola keturunan sifat non-Mendelian
Mitokondria dan kloroplast mengandung beberapa dari
gen-gen mereka sendiri. Karena sitoplasma zigot berasal dari ovum, penampakan
tertentu dari fenotipe keturunan semata-mata tergantung pada gen-gen
sitoplasmik maternal ini. Sejumlah penyakit yang mempengaruhi system saraf dan
otot disebabkan oleh cacat-cacat pada DNA mitokondria yan mencegah sel membuat
ATP dalam jumlah yang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar