PENGATURAN SUHU TUBUH
Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu
lingkungan internal seekor hewan.
Sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu. Meskipun spesies
hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda,
setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Di dalam kisaran tersebut,
banyak hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu
eksternalnya berfluktuasi. Termoregulasi
adalah pemeliharaan suhu tubuh di dalam suatu kisaran yang mmembuat sel-sel
mampu berfungsi secara efisien. Untuk memahami permasalahan itu dan mekanisme
pengaturan suhu, pertama-tama kita perlu membahas pertukaran panas antara
organisme dan lingkungannya.
Empat proses fisik bertanggung jawab atas
perolehan panas dan kehilangan panas
Suatu organisme, seperti halnya semua benda, mempertukarkan
panas dengan lingkungan eksternalnya melalui empat proses fisik: konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi
adalah perpindahan langsung gerakan termal(panas) antara molekul-molekul
lingkungan dengan molekul-molekul permukaan tubuh. Konveksi adalah perpindahan panas melalui pergerakan udara atau
cairan melewati permukaan tubuh. Konveksi juga memberikan kontribusi dalam
kenyamanan dan kesejukan yang diberikan oleh kipas angin kepada manusia selama
hari-hari panas, tetapi sebagian besar dari pengaruh ini disebabkan oleh
pendinginan melalui evaporsi. Radiasi
adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh semua benda yang
lebih hangat dari suhu absolut nol, termasuk tubuh hewan dan matahari. Radiasi
dapat memindahkan panas diantara benda-benda yang tidak melakukan
kontakmlangsung, seperti ketika hewan menyerap panas radiasi dari matahari. Evaporasi atau Penguapan adalah kehilangan panas dari permukaan cairan yang
kehilangan beberapa molekulnya yang berubah menjadi gas.
Hewan ektotermik mendapatkan sebagian besar
panas tubuhnya dari sekelilingnya; hewan endotermik mendapatkan sebagian besar
panas tubuhnya dari metabolisme
Salah satu cara untuk mengelompokkan karakteristik termal
hewan adalah dengan menekankan pada sumber utama panas tubuhnya. Seekor hewan ektotermik memanaskan tubuhnya terutama
dengan cara menyerap panas disekelilingnya. Jumlah panas yang ia peroleh dari
metabolismenya sendiri umumnya dapat diabaikan. Sebagian besar invertebrata,
ikan, amfibia, dan reptilia adalah ektotermik. Sebaliknya, seekor hewan endotermik mendapatkan sebagian besar
atau semua panas tubuhnya dari metabolisme sendiri. Banyak diantara hewan
endotermik mempertahankan suhu lingkungan internal yang hampir konstan meskipun
suhu sekelilingnya berfluktuasi. Akan tetapi, suhu tubuh yang konstan tidak
membedakan endotermik dari ektotermik.
Hubungan bioenergetik antara suhu tubuh, metabolisme aerobik
yang aktif dan mobilitas adalah hal penting dalam evolusi endotermik; bergerak
di darat memerlukan lebih banyak upaya dibandingkan dengan bergerak dalam air.
Sistem respirasi dan sirkulasi burung dan mamalia yang efisien dapat dianggap
sebagai adaptasi yang menyertai evolusi endotermik dan laju metabolisme yang
tinggi. Hal ini bukan berarti bahwa ektotermik tidak sesuai dengan keberhasilan
hidup di darat. Amfibia dan reptilia mempunyai adaptasinya sendiri untuk
menghadapi perubahan suhu pada lingkungan terestrial.
Termoregulasi melibatkan penyesuaian
fisiologis dan perilaku
Baik hewan ektotermik maupun endotermik mengatur suhu
tubuhnya dengan menggunakan beberapa kombinasi dari empat kategori umum
adaptasi.
1. Penyesuaian laju pertukaran panas antara
hewan dan sekelilingnya. Insulasi tubuh seperti rambut, bulu, dan lemak
yang terletak persis dibawah kulit, mengurangi kehilangan panas dari tubuh
hewan. Jenis adaptasi yang mengubah pertukaran panas adalah suatu pengaturan
arteri dan vena yang disebut sebagai penukar
panas lawan arus.
2. Mekanisme umpan-balik dalam Termoregulasi
Pengaturan suhu tubuh pada manusia dan
mamalia darat lainnya merupakan contoh suatu sistem komeostasis kompleks yang
fasilitasi oleh mekanisme umpan-balik
3. Penyesuaian kisaran suhu
Banyak hewan dapat menyesuaikan diri dengan
kisaran baru suhu lingkungan dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu,
yang merupakan suatu respons fisiologis yang disebut sebagai aklimatisasi. Perubahan musiman
merupakan suuatu konteks dimana penyesuaian fisiologis terhadap kisaran baru
suhu lingkungan m enjadi penting.
Torpor menghemat energi selama kondisi
lingkungan yang ekstrem
Torpor merupakan
suatu keadaan fisiologis alternatif dimana metabolisme menurun dan jantung dan
sistem pernafasan mengalami perlambatan. Banyak hewan endotermik memasuki
keadaan torpor saat suhu tubuhnya menurun. Hibernasi
adalah torpor jangka panjang dimana selama periode tersebut suhu tubuh
diturunkan sebagai adaptasi terhadap dinginnya musim dingin dan kelangkaan
makanan. Estivasi atau torpor musim
panas, ditandai oleh metabolisme yang lambat dan keadaan inaktif. Hibernasi dan
estivasi sering kali dipicu oleh perubahan musiman panjang siang hari.
Pada sebagian besar hewan mayoritas sel tidak secara
langsung berhubungan dengan lingkungan eksternal, tetapi digenangi oleh suatu
cairan tubuh internal. Pada vertebrata dan hewan lain dengan sistem sirkulasi
tertutup, kolam internal tersebut adalah cairan interstisial yang dialiri oleh
darah. Memelihara suatu keseimbangan antara pengambilan air dari lingkungan eksternal
dan kehilangan air ke lingkungan merupakan aspek kunci homeostasis.
Keseimbangan air dan pembuangan limbah
bergantung pada epitelium transpor
Mempertahankan keseimbangan air dan membuang limbah
metabolisme memerlukan aliran zat-zat terlarut tertentu dalam jumlah yang
spesifik antara seekor hewan dan lingkungannya. Pada sebagian besar kasus zat
terlarut itu lewat melalui suatu epitelium
transpor yaitu satu atau beberapa lapisan sel-sel epitelium khusus yang
mengatur pergerakan zat-zat terlarut. Pada sebagian hewan besar, epitelium
transpor tersusun menjadi jaringan tubuler dengan luas permukaan yang sangat
besar. Struktur molekuler membran plasma menentukan jenis zat terlarut yang
bergerak melewati epitelium transpor itu dan arah pergerakannya.
Limbah bernitrogen yang berasal dari hewan
berkorelasi dengan filogeninya dan habitatnya
Beberapa diantara hasil sampingan metabolisme yang paling
toksik adalah buangan yang mengandung nitrigen dari perombakan protein dan asam
nukleat. Nitrogen dikeluarkan ketika makromolekul tersebut dirombak dan
diuraikan untuk mendapatkan energi, atau ketika makkromolekul diubah menjadi
karbohidrat atau lemak. Produk buangan bernitrogen itu adalah amonia, yaitu
suatu molekul kecil yang sangat tiksik.
Sel memerlukan suatu keseimbangan antara
perolehan dan kehilangan air secara osmotik
Apakah hewan hidup didarat, dalam air tawaar, atau air asin,
atau bergerak keluar-masuk diantara berbagai lingkungan tersebut, satu
permasalahan umum akan terjadi: sel-sel hewan itu tidak dapat bertahan hidup
pada perolehan netto atau kehilangan netto air. Air secara terus meneur
memasuki dan meninggalkan sel hewan menembus membran plasma; akan tetapi,
pengambilan dan pengeluaran harus seimbang.
Sel-sel hewan akan membengkak dan pecah jika terjadi pengambilan netto
air atau akan mengkerut dan mati jika terjadi kehilangan netto air.
Osmoregulator menghabiskan energi untuk
mengontrol internalnya; osmokonformer bersifat isoosmotik dengan sekelilingnya
Terdapat dua penyelesaian dasar terhadap permasalahan
keseimbangan antara perolehan dan kehilangan air. Satu penyelesaian untuk hewan
laut adalah tetap bersifat isoosmotik dengan lingkungan air asinnya. Hewan
seperti itum yang tisak secara aktif menyesuaikan osmolaritas internalnya,
dikenal sebagai osmokonformer.
Sebaliknya, osmoregulator merupakan
hewan yang harus menyesuaikan osmolaritas inernalnya, karena cairan tubuhnya
tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya.
Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis
karena sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap
ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu
sesuai kebutuhan.
Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan
urin dengan cara menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh: gambaran umum
Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya
mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin
melalui dua proses utama: filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair
yang dihasilkan dari filtrasi itu.
Sistem ekskresi yang beraneka ragam
merupakan variasi dari suatu tema tubular
Cacing pipih mempunyai sistem ekskresi tubuler yang disebut
sebagai protonefridia. Protonefridium
adalah suatu jaringan kerja tubula tertutup yang tidak mempunyai pembukaan
internal. Urin dari sistem tubula mengalir ke lingkungan eksternal melalui
lubang yang disebut sebagai nefridiopori.
Nefron dan pembuluh darah yang terkait
merupakan unit fungsional ginjal manusia
Pada mamalia, ginjal adalah sepasang organ berbentuk biji
kacang merah. Darah memasuki masing-masing ginjal melalui arteri renal dan meninggalkan masing-masing ginjal melalui vena renal. Meskipun ginjal manusia
hanya meliputi sekitar 1% bobot tubuhm ginjal menerima sekitar 20% dari darah
yang dipompakan dalam setiap denyutan jantung. Urin keluar meninggalkan ginjal
melalui duktus yang disebut ureter. Ureter
kedua ginjal tersebut mengosongkan isinya ke dalam kandung kemih. Selama urinasi, urin meninggalkan tubuh dari
kandungan kemih melalui saluran yang disebut dengan tubuh dari kandung kemih
melalui saluran yang disebut dengan uretra,
yang mengosongkan isinya dekat
vagina pada perempuan.
Kemampuan ginjal mamalia untuk
menghemat air merupakan suatu adaptasi terestrial yang utama
Osmolaritas darah manusia adalah sekitar 300 mosm/L, tetapi
ginjal dapat mengekskresikan urin sampai kepekatan empat kali lipat yaitu
sekitar 1200 mosm/L. Kerja kooperatif lengkung Henle dan duktus pengumpul
mempertahankan gradien osmolaritas dalam jaringan interstisial ginjal yang
memungkinkan pemekatan urin. Kedua zat terlarut yang bertanggung jawab atas
gradien osmolaritas ini adalag NaCl, yang dideposit didalam medula renal oleh
lengkung Henle, dan urea, yang bocor menembus epitelium duktus pengumpul itu ke
bagian dalam medula.
Sistem saraf dan perputaran
umpan-balik hormonal mengatur fungsi ginjal
Meskipun ginjal dapat mengekskresikan urin yang
hiperosmotik, namum tidak selalu menguntungkan bagi ginjal untuk melakukan hal
itu.
Adaptasi yang sangat beraneka ragam pada
ginjal vertebrata telah dievolusikan pada habitat yang berlainan
Variasi dalam struktur dan fungsi nefron memperlengkapi
ginjal dari berbagai vertebrata untuk melakukan osmoregulasi dalam berbagai
jenis habitatnya. Ginjal reptilia, yang hanya mempunyai nefron kortikal, menghasilkan
urin yang dalam ekadaan terbaik, isoosmotik dengan ciran tubuh. Ginjal amfibia
berfungsi mirip dengan ginjal ikan air tawar. Ketika berada dalam air tawar,
kulit katak mengakumulasikan garam-garam tertentu dari air melalui transpor
aktif, dan ginjal mengekskresikan urin encer. Di darat, dimana dehidrasi
adalahh permasalaan osmoregulasi yang paling mendesak, katak menghemat cairan
tubuh dengan cara menyerap kembali air melewati epitelium kandung kemih.
Sistem pengaturan yang saling berinteraksi
mempertahankan homeostasis
Pada beberapa kondisi, umumnya oada kondisi-kondisi fisik
ekstrem yang sesuai dengan kehidupan organisme tersebut, kebutuhan suatu sistem
bisa bertentangan dengan kebutuhan sistem lain. Fungsi hati sangat penting
dalam homeostasis dan melibatkan interaksi dengan sebagian besar sistem organ
tubuh. Fungsi hati yang sangat beraneka ragam dan interaksinya dengan organ
lain memperkuat pernyataan bahwa homeostasis memerlukan kerjasama beberapa
sistem tubuh secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar